Beranda | Artikel
Dua Keadaan Saat Seorang Hamba Berdiri dihadapan Rabbnya
Jumat, 3 Agustus 2018

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Dua Keadaan Saat Seorang Hamba Berdiri dihadapan Rabbnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Ta’dhim Ash Shalah, sebuah kitab buah karya Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr. Pembahasan ini juga disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 17 Dzul Qa’idah 1439 H / 30 Juli 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Ta’dhim Ash Shalah

Status program Kajian Ta’dhim Ash Shalah: telah selesai.

Download juga kajian sebelumnya: Dalil Shalat dari Al-Qur’an dan Hadits

Kajian Tentang Dua Keadaan Saat Seorang Hamba Berdiri dihadapan Rabbnya – Kitab Ta’dhim Ash Shalah

Pada kesempatan ini kita masih berbicara tentang pengagungan dan kedudukan shalat. Ada dua keadaan dimana seorang hamba berdiri dihadapan Rabbnya. Yang pertama dalam kehidupan dunia ini dan yang kedua adalah kelak ketika berada dihari kiamat dia berdiri dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Kemenangan dan kebahagiaan keadaan yang kedua dibangun diatas keadaan yang pertama dan rusaknya keadaan seorang hamba ketika berdiri dalam keadaan yang pertama akan menimbulkan kerusakan dan kerugian pada keadaan yang kedua. Adapun keadaan yang pertama adalah shalat yang Allah subhanahu wa ta’ala wajibkan atas hamba-hambanya. Seorang hamba berdiri ketika shalat yang Allah wajibkan atas mereka lima kali dalam sehari semalam. Maka barang siapa yang menjaga, memperhatikan dan menunaikan shalat ini pada waktu-waktunya, menjaga syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, maka akan mudah baginya ketika berdiri dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat kelak. Dia akan beruntung dan selamat. Dan apabila hamba menyia-nyiakan keadaan yang petama, dia tidak perhatian dengan shalat, tidak menjaga rukun-rukun, syarat-syarat dan kewajiban shalat, maka dia akan mendapatkan kesulitan pada hari kiamat kelak. Yaitu ketika berdiri dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Telah diriwayatkan oleh Al-Imam Tirmidzi dan An-Nasa’i dan selain keduanya, dari Huraits bin Qabitsah rahimahullah. Beliau berkata, “Aku mendatangi kota Madinah dan aku meminta kepada Allah agar Allah memberikan rizki berupa teman duduk yang shalih. Maka akupun duduk dihadapan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dan aku berkata kepadanya, ‘wahai Abu Hurairah, sesungguhnya aku meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar Allah memberikan rizki kepadaku teman duduk yang shalih. Maka ajarkanlah kepadaku sebuah hadits yang kau dengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberikan manfaat kepadaku dengannya.`”

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ ))

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Sesungguhnya yang menyia-nyiakan shalat ini, menyepelekannya dan lalai dalam mengerjakan, lalai dalam menjaganya, maka dia telah menghukumi dirinya sendiri dengan kerugian yang jelas. Kelak ketika dia berdiri dan berjumpa dihadapan Allah subhanahu wa’ ta’ala dia akan menyesal. Tentu penyesalan ini tidak bisa memberikan manfaat pada dirinya sama sekali.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam musnadnya dari Abdullah bin Amr bin ‘As dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dia menyebutkan tentang shalat pada suatu hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad 2: 169. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Dua Keadaan Saat Seorang Hamba Berdiri dihadapan Rabbnya – Kitab Ta’dhim Ash Shalah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44439-dua-keadaan-saat-seorang-hamba-berdiri-dihadapan-rabbnya/